Kamis, 02 Juni 2011

Laporan praktikum Pembuatan Larutan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan baku sekunder dan larutan baku primer. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefenisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, oleh karena itu dilakukanlah praktikum pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1 N dan standarisasinya.[1]

B. Rumusan Masalah
            Bertolak dari latar belakang yang ada, maka muncullah permasalahan yaitu bagaimana mengetahui pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1 N dan standarisasi larutan asam klorida (HCl) dengan natrium karbonat (Na2CO3).








C. Tujuan Percobaan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1 N dan standarisasi larutan asam klorida (HCl) dengan natrium karbonat (Na2CO3).

D. Manfaat Percobaan
            Manfaat yang diperoleh dari percobaan ini yaitu :
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan asam klorida (HCl) 0,1 N dan standarisasi larutan asam klorida (HCl) dengan natrium karbonat (Na2CO3).
b. Mahasiswa mampu membedakan antara larutan baku primer dan larutan baku sekunder.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dimana solute terlarut.[2]
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar.[3]
            Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, dan asam asetat, akan tetapi jika menggunakan air biasanya tidak disebutkan.[4]




B. Konsentrasi larutan
             Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat rendah. Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut :
1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.
3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
a. Persen Volume
Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan misalnya :  Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
b. Persen Massa
Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup
terdapat 80 gram gula.


c. Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut tang terkandung dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu di ketahui.
d. Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut dalam 1 liter larutan contohnya :
NaCL berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCL
Kosentrasi molar = Jumlah mol terlarut Jumlah L larutan
e. Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.
N = gram ekuivalen zat terlarut
        cm3 larutan/liter larutan.
f. Fraksi Mol
Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
     X (terlarut) =          n (terlarut)
                             n (terlarut) + n (pelarut)
     X (Pelarut) =           n (pelarut)
                              n (terlarut) + n (pelarut)
     Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.[5]
C. Larutan Baku
            Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui  dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat larutan baku primer (primary standard solution) dan untuk  menetapkan kenormalan larutan baku sekunder (secondary standard solution).[6]

D. Larutan Baku Primer
Larutan baku primer yaitu larutan yang dapat diketahui kadarnya dan stabil pada proses penimbangan, pelarutan, dan penyimpanan.
Adapun syarat – syarat larutan baku primer :
1. Mempunyai kemurnian yang tinggi
2. Rumus molekulnya pasti
3. Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
4. Berat ekivalen yang tinggi (agar kesalahan penimbangan dapat diabaikan)
5. Larutan stabil didalam penyimpanan
            Larutan baku primer yang digunakan dalam titrasi asam basa oksalat,  asam benzoat, kalium hidrogen falat dan kalium hidrogen iodat (KH(CO3)2).[7]



E. Larutan Baku Sekunder
            Larutan baku sekunder, yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan dengan larutan atau secara langsung tidak dapat diketahuis kadarnya dan kestabilannya didalam proses penimbangan, pelarutan dan penyimpanan.[8]
Ada beberapa syarat bahan baku sekunder yaitu sebagai berikut :
a. Harus murni atau mudah dimurnikan.